Belajar Menulis Esai, Bersuara melalui Sastra

Lembaga Pers Mahasiswa Vokal dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kajian Ilmu Apresiasi Sastra (KIAS) menggelar wadah belajar menulis esai sastra bersama pada Selasa, 21 Oktober 2025 berlangsung. Bersamaan dengan derai hujan pukul 19.00 WIB malam di Sekertariat KIAS, acara resmi dibuka.

Mengangkat tema ‘Seni sebagai Alat Perubahan Sosial: Peran Sastra dalam Aktivisme’. Harapannya peserta dapat mengenal salah satu jenis tulisan sastra, yakni esai. Materi hari ini dibawakan oleh Imaniar Yordan yang hangat disapa Mba Niar yang sekarang bergelut sebagai komite sastra Dewan Kesenian Semarang. Menurutnya, sastra berperan ketika jurnalis dibungkam.

Melalui tulisannya yang berjudul ‘Peran Sastra dalam Aktivisme’ berhasil memantik pemikiran peserta malam ini. Dalam tulisan tersebut, Mba Niar menjelaskan bagaimana tulisan mulai beredar pada tahun 1918 yang berisi brontakan untuk merdeka. Salah satu tokoh yang diangkat yakni Marco Kartodikromo, penyair jama kolonial yang punya pemikiran jauh untuk membasmi Belanda saat itu.

Menurut Niar, sastra tidak selalu lantang, namun lirih dalam bersuara,

“Apakah suara dalam sastra selalu lantang? Saya rasa tidak. Suaranya tetap ada, tetapi pengarang Indonesia tetap lirih untuk menyuarakan melalui karya,” ungkap Niar (21/10/2025).

Di tengah pelatihan, dilempar juga sesi diskusi oleh pemateri. Dalam sesi diskusi para peserta aktif bertanya dan bertukar pendapat. Ada yang menanyakan bagaimana cara menulis essai sastra itu harus fokus pada emosi pribadi saat membaca karya sastra, atau fokus pada realitas kejadian pada kehidupan nyata.

Pemateri berpendapat bahwasanya karya sastra tidak selalu berupa karya fiksi. Banyak karya sastra yang terinspirasi dari kejadian yang ada di kehidupan kita. Seperti pada buku novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, ia menceritakan peristiwa dimana pada saat itu suara mahasiswa pernah dibungkam, dimana orang-orang akan ketakutan untuk membawa buku karya Pramoedya Ananta Toer.

Dari situlah Niar menjelaskan bahwa karya sastra itu juga bisa mempengaruhi pola pikir seseorang. Meski dibungkus dengan bahasa sastra, bahasa yang menggunakan kata-kata secara imajinatif dan penuh perasaan. Tapi itulah cara karya sastra untuk menggerakan massa.

Pelatihan diakhiri dengan penjelasan esai sastra dan pembagian kelompok menulis oleh Vokal dan KIAS. Dengan deadline 2 pekan setelah pelatihan hari ini, para tim yang sudah dibagi harus menyelesaikan tulisan yang akhirnya akan digabung menjadi ‘Zine Esai Sastra’.

 

Penulis: Sabrina Gita Salsabella

Reporter: Syasi Julya

Editor: Ika Nugraha

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *