

Selasa, 28 Oktober 2025 bertempat di Gedung B UPGRIS merencanakan kegiatan ruang Evaluasi Publik yang kedua kalinya, guna menanggapi isu yang belum terjawab. Kegiatan ini direncanakan akan mulai pukul 17.00 WIB. Namun hingga pukul 20.30 WIB kursi yang disiapkan tampak kosong karena pihak tiga lembaga (Bem Universitas, DPM, dan LKM) tidak kunjung datang. Melalui pamflet dari yang disebarkan, evaluasi ini diinisiasi oleh mahasiswa yang terjaring dalam Jaringan Mahasiswa Kontra Tindas (JMKT).
Evaluasi Publik kali ini bertemakan “Rasan-Rasan Bareng 7 Evaluasi Fakultas Publik” yang memalukan tidak berjalan sesuai apa yang diharapkan. Sebelumnya, pamflate untuk acara ini telah diumumkan melalui masing-masing gubernur Fakultas UPGRIS. Namun, kurangnya partisipasi siswa dalam acara ini juga cuaca dan kondisi yang tidak memungkinkan membuat tidak banyak peserta yang hadir.
“Tapi, melihat dari kondisi saat ini, di kota Semarang sendirikan mungkin di jalan di kawasan Semarang Timur, di Gajah Mada dan lain sebagainya, saat ini mungkin juga masih tergenang banjir ya. Jadi, mungkin kawan-kawan di lingkup organisasi UGRIS untuk bisa menghadiri acara malam hari ini pun cukup terhambat, karena mungkin kosnya masih terkena banjir ataupun lain sebagainya,” ujar Kristo ketua BEM Fakultas Teknik dan Informatika.
Hingga pukul 4 jam 30 menit, pihak 3LT pun tak datang membuat 7 Gubernur dari masing-masing fakultas memutuskan untuk membatalkan acara ini. Pada mulanya lanjutan acara ini adalah fokus dalam pengambil alihan sektor mengenai advokasi di lingkup Perguruan Tinggi. Tujuh fakultas masing-masing sepakat untuk mengadakan selayaknnya reses karena tidak diselenggarakannya ruang tersebut oleh Lembaga Tinggi Mahasiswa.
“Jadi, kami mengambil alih sektor advokasi itu di lingkup fakultas masing-masing, lalu kita akan satukan menjadi satu draft mungkin atau nanti tidak lanjut seperti apa, lalu kita naikkan ke jejeran rektorat seperti itu. Jadi, melihat dari tiga lembaga tinggi yang saat ini dengan fungsi advokasi yang telah diambil alih, saya rasa ketika nanti kami dari tujuh fakultas pun naik ke rektorat, ke jajaran rektorat untuk menyampaikan sebuah audiensi dan aspirasi kawan-kawan yang ada di sini,” tegas Kristo.
Kristo menambahkan harapannya untuk kegiatan ini agar tetap dikawal hingga kongres,
“Harapannya hal ini bisa tetap dikawal hingga kongres ataupun periode-periode yang akan datang seperti itu. Karena kami menginisiasi hal ini bukan hanya untuk menyelesaikan tanggung jawab kami, tapi sebagai tanggung jawab seperti mahasiswa seperti itu”.
Melihat kesadaran atas kegiatan ini, membuktikan betapa sulitnya ruang advokasi dalam lingkup mahasiswa. Hal tersebut juga menjadi gambaran birokrasi yang terjadi pada mahasiswa UPGRIS. Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan dalam bentuk nyata.
Pennulis: Syafana Berliana
Reporter: Syasi Afrika/Dea Silvia
Editor: Sabrina Gita