
Lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, menjadi ladang yang ditumbuhi sebuah varietas tembakau yang istimewa yakni Tembakau Srinthil. Dikenal sebagai “emas hijau”, tembakau ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga incaran para produsen rokok premium. Tembakau Srinthil hanya dapat muncul dari hasil tembakau yang dihasilkan di daerah dengan ketinggian di atas 800 m dpl. Akan tetapi tidak semua tempat di ketinggian itu serta-merta dapat menghasilkan Srinthil. Bahkan pada lahan yang sama di masa panen berbeda, bisa jadi pada suatu momen tertentu menghasilkan Srinthil tetapi pada momen lain ternyata tidak.
Asal-Usul Nama dan Keistimewaannya
Tembakau ini dianggap sebagai hasil panen yang paling mendatangkan rezeki bagi petani tembakau di Temanggung. Nama Srinthil diambil dari kata ‘Sri’ dan ‘Ngintil’. Sri merujuk pada nama dewi kesuburan atau keberuntungan. Sedangkan ‘ngintil’ berasal dari bahasa Jawa yang artinya mengikuti. Jadi, bisa diartikan srintil sebagai tembakau yang dinaungi dewi keberuntungan.
Keberadaan tembakau Srinthil dari Temanggung ini juga tak bisa dilepaskan dari legenda atau mitos yang sudah mengakar di kalangan masyarakat. Konon, tembakau Srinthil berasal dari hewan capung emas peliharaan Sunan Kudus, seorang tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang merupakan anggota Wali Songo. Alkisah, kala itu Sunan Kudus mendapat laporan dari Sunan Kedu jika bibit tembakau tidak bisa ditanam di wilayahnya. Mendengar hal itu, Sunan Kudus pun melepas hewan capung emas peliharaannya yang jatuh di lereng Gunung Sumbing. Tempat jatuhnya, hewan capung emas itulah yang saat ini menjadi lokasi tumbuhnya tanaman tembakau Srintil.
Karena dianggap istimewa, perlakuan tembakau srinthil ini pun tidak sama dengan tembakau lain pada umumnya. Tembakau Srinthil biasanya mengeluarkan bau yang menyengat seperti busuk dan berwarna kuning. Hal ini diakibatkan kadar nikotin tembakau jenis ini yang cukup tinggi. Kalau dijemur, tembakau srintil juga membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni 4-5 hari. Berbeda dengan tembakau pada umumnya yang hanya membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari untuk pengeringan.
Kualitas Tembakau Srinthil Temanggung
Mutu tembakau rajangan temanggung adalah tembakau Srinthil. Oleh sebab itu petani tembakau temanggung setiap tahun berharap dapat menghasilkan mutu Srinthil karena mempunyai harga yang tinggi, melalui perbaikan teknik budidaya (terutama dalam penggunaan pupuk, perbaikan cara panen dan pengolahan). Namun demikian juga terjadi upaya pemalsuan melalui berbagai cara, antara lain dengan memberi pewarna dan bahan lainnya yang dapat dikategorikan sebagai Non Tobacco Related Material (NTRM).
Mutu tembakau Srinthil Temanggung terdiri dari beberapa tingkatan yang dimulai dari mutu E hingga K, namun demikian untuk mutu H, I, J dan K saat ini sudah sulit untuk dihasilkan. Karena mutu tertinggi tembakau srinthil sulit dihasilkan, maka petani yang dapat menghasilkan mutu H, I, J dan K seolah-olah mendapat berkah atau ndaru rigen. Menurut Le Compte dalam Tso (1972) pada masing-masing tingkat mutu tembakau Connecticut terdapat perbedaan kandungan jumlah pigmen, terutama pigmen kuning dan hijau. Tembakau yang memiliki mutu rendah berasal dari daun yang berwarna hijau kekuningan. Sedangkan, tembakau yang memiliki mutu tinggi memilik warna yang lebih gelap, semakin hitam dan berkilau. Selain warna daun, peniliaian mutu tembakau menurut Pemerintah Temanggung, dari kesupelannya. Tembakau mutu tinggi memiliki ketebalan daun, kelekatan, kandungan minyak, dan kesupelannya, semakinn berisi maka semakin tinggi pula mutunya.
Keunggulan Srinthil
Tembakau srinthil kerap digunakan sebagai campuran karena kadar nikotin yang tinggi dan aromanya yang khas. Oleh karena itu sangat dibutuhkan dalam industri rokok, tembakau srinthil pun dibanderol dengan harga yang cukup tinggi. Bahkan, tembakau ini tergolong jenis tembakau yang harganya paling mahal. Sebagai contoh, pada tahun 1976 silam, satu kilogram (kg) tembakau Srinthil dibanderol dengan harga Rp120.000. Sedangkan pada tahun 2015 lalu, harga tembakau srinthil dari Temanggung ini mampu mencapai Rp1 juta per kg. Pada 2018 lalu, tembakau jenis ini dihargai Rp550.000 per kg. Meski memiliki harga pasaran yang tinggi, namun tidak semua lahan pertanian di Temanggung mampu menghasilkan tembakau srinthil.
Kini harga tembakau Srinthil pada tahun 2024 bervariasi tergantung pada kualitas dan grade. Dilansir dari ANTARA, tembakau srintil dengan kualitas tinggi, seperti yang berwarna hitam keemasan dan memiliki aroma harum, bisa mencapai harga lebih dari Rp 850.000 per kilogram. Tembakau srintil yang rajangan, seperti yang digolongkan dalam kelas A, bisa mencapai harga Rp 50.000 per kilogram, sedangkan kelas B dan C berkisar di harga Rp 40.000 dan Rp 30.000 per kilogram. Ada juga tembakau Srinthil yang dijual dengan harga mulai dari Rp 25.000 per kilogram.
Voders boleh sekali menengok dan bagi pecinta tembakau, tembaau srinthil bisa jadi warna baru yang bisa dicoba. Namun, karena kualitas tembakau srinthil sulit ditemukan dan harganya berkali-kali lipat dari tembakau lainnya, para pembeli harus lebih teliti. Pasalnya, banyak petani maupun penjual tembakau srinthil yang nakal. Banyak campuran dan pemalsuan tembakau yang ditemui Pemerintah Temanggung. Sehingga bagi para pembeli bisa memilih secara langsung dengan ciri-ciri yang disebutkan di atas.
Sumber :
https://dkppp.temanggungkab.go.id/frontend/d_berita/808
https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/primadona-itu-bernama-srinthil#:~:text=Fenomena%20Srinthil%20hanya%20dapat%20muncul,serta%2Dmerta%20dapat%20menghasilkan%20Srinthil.
https://regional.espos.id/mengenal-tembakau-srintil-dari-temanggung-yang-terkenal-istimewa-1324964
Penulis : M. Rafisyach. A. S/Andika Wisnu Pratama
Editor : Sabrina Gita